Hi teman-teman! selamat datang di blog-ku. Aku punya banyak cerita disini. Baca sampai habis ya! seru lho! selamat datang lagi ya! selamat menikmati bacaan-bacaan dan games-games seru disini! hehe...
MySpace

Minggu, 07 November 2010

The Adventure In a Stone


Dulu ada seorang anak yang bernama Shindira. Dia anak yatim piatu lho. Dia tinggal di tempat anak yatim piatu. Tempatnya di sebelah rumah kontrakan di ujung desa itu. Ketika dulu Shindira lahiran, mamanya meninggal, lalu ayahnya stress hingga ia bunuh diri. Makanya Shindira sekarang menjadi yatim piatu.
Di hari yang cerah itu, Shindira bangun pagi. Dia langsung menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan sholat subuh.
Setelah selesai sholat, dia langsung menggosok gigi. Kemudian dia langsung berbaring di tempat tidurnya sambil melihat-lihat di sekeliling kamarnya. Dia tiba-tiba melihat batu yang berkelap kelip.
Dipegangnya batu itu dan tiba-tiba, dia melihat ada sayap yang begitu indah dipunggungnya. Disebelahnya ada dua teman yang Shindira kenal.
Mereka juga punya sayap dan juga pedang, tidak demikian dengan Shindira pada awalnya, tapi tak lama kemudian tiba-tiba ditangannya ada pedang yang sangat tajam.
Di depan Shindira lantas ada seekor naga besar berwara merah dan biru yang siap menerkam. Shindira spontan menusuk naga itu dengan pedangnya yang tajam, tapi ternyata pedangnya tidak menembus tubuh naga itu.
Shindira kemudian melihat pedang lain yang dipenuhi oleh emas. Dia cepat-cepat terbang mengambil pedang itu, lalu cepat-cepat pula pedang itu ditusukan ke tubuh sang naga, cresss… pedang itu berhasil menembus tubuh sang naga. Air darah berceceran dimana-mana.
Naga itu menggelepar-gelepar sebelum akhirnya mati tak bergerak lagi. Shindira berteriak kegirangan, tapi itu tidak lama, karena dilihatnya ternyata masih ada naga lain, meskipun tubuhnya jauh lebih kecil.
Kedua temanku, Nindia dan Zazkia, yang sejak tadi terbengong melihat Shindira bertanding dengan naga besar, sekarang segera saja mengeroyok naga kecil itu dengan memakai pedangnya.
Keduanya serentak menusukkan pedang mereka ke tubuh naga kecil, sehingga akhirnya mati juga.
Setelah pertarungan melelalahkan itu, Shindira, Nindia dan Zazkia bertemu dengan seorang bidadari kecil yang lucu.
Bidadari itu berkata “Kalian jangan pergi dulu dari sini dulu ya, karena seorang nenek sihir akan datang melawanmu. Aku menyiapkan panah khusus untuk kalian agar kalian bisa melawan nenek sihir itu” begitu bidadari menerangkan sambil memberikan panah itu kepada mereka bertiga. Bidadari itupun menghilang.
Tak lama kemudian, nenek sihir yang sangat jahat tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
Mereka bertiga terkejut bukan kepalang, tapi Shindira masih sempat melepas sebuah panah dan cress, anak panah itu berhasil menusuk leher sang nenek sihir. Nenek sihir itu menjerit kesakitan sambil lari meninggalkan mereka.
Mereka bertiga meneruskan perjalanan. Di tengah perjalanan, mereka bertemu kembali dengan sang bidadari kecil. Bidadari kecil itu sedang memegang cermin, tapi mereka bertiga tidak mengerti apa manfaat cermin itu.
Bidadari kecil itu mendekati mereka bertiga (Shindira, Nindia dan Zazkia) dan berkata “Kalian harus memegang cermin ini karena nanti akan datang pangeran sihir”. “Tapi…bagaimana caranya ??” tanya Shindira.
“Caranya, arahkan cermin itu kepada nya” jawab bidadari. Tak lama setelah bidadari kecil itu selesai menerangkan, pangeran sihir itu benar-benar datang.
Ketika sudah berhadapan, sesuai petunjuk sang bidadari, Shindira yang sedang memegang cermin itu pun langsung memperlihatkan kaca cermin itu kepada sang pangeran sihir.
Benar saja, ada cahaya menyilaukan keluar dari cermin itu dan mengenai tubuh sang pangeran sihir. Ia melolong kesakitan sebelum kemudian mati tak bersuara lagi.
Mereka bertiga senang. Sekarang tak ada lagi rintangan yang menghalangi perjalanan mereka.
Ketika malam datang, mereka bertiga beristirahat di sebuah gua.  “Eh, aku sepertinya melihat ada pernak pernik gitu deh” kata Nindia
“Ah, kamu ada-ada aja deh”, ucap Zazkia “Masa ada pernak pernik di gua kaya begini” kata Zazkia lagi. “Beneran lho… suer dah! aku melihatnya sendiri” seru Nindia
“Sekarang mata kamu lagi eror kali” ucap Shindira. “Ih kalau nggak percaya ya, udah deh” ucap Nindia lagi “Ih iya bener kata Nindia”kata Shindira “Eh kayanya itu harta karun deh” ucap Nindia.
 “Yuk kita ambil”seru Nindia lagi dan mereka bertiga pun mendekati pernak pernik itu dan ternyata benar itu adalah harta karun.
 Tapi… disamping harta karun itu ada kertas yang ditulis punya ratu istana sebelah dan mereka pun melongo dan ”Eh teman- teman kita kembaliin ke istana itu yuk”ajak Zazkia tiba-tiba.
Mereka pun sampai di istana dan ternyata ada pengawalnya jadi mereka tidak bisa begitu saja masuk. “Untuk apa kalian kesini?”, tanya pengawal. “Untuk mengembalikan harta karun ini kepada Ratu”, jawab Shindira.
“O, kalau begitu silahkan masuk”, jawab pengawal lagi. Mereka bertiga langsung menemui ratu itu. “Yang mulai, Ratu, kami kesini untuk mengembalikan harta karun ini”, ucap Zazkia sambil menyerahkan harta karun itu kepada Ratu.
“Hah?? Itukan harta karun yang sedang saya cari” ucap ratu sambil mengambil harta karun. “Kalian aku jadikan saudara ratu”, ucap ratu senang.
“Tidak usah Ratu”, jawab Zazkia. “Nggak apa apa kok, ratu ikhlas”, ucap ratu “tapi jangan lupa sama temanmu juga ya…”, kata ratu lagi.
“Bener nih kita bertiga boleh jadi saudara ratu?”, ucap zazkia. “ya boleh lah kan kalian bertiga sudah menemukan harta punya ratu.”, jawab ratu.
Dan mereka bertiga (Shindira,nindia dan zazkia )senang karna telah menjadi saudara ratu.
Tiba-tiba, Shindira…..bangun sudah subuh nih “Shindira……..bangun!!”. dan Shindira pun bangun dan ternyata petualangan itu hanya mimpi Shindira saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar